“Akhirnya dapat juga.” Kata Wawan—si polisi kroco buncit yang biasa aku beli ketika sudah dekat denganku. Aku menyodorkan rokok dan pemantikku yang langsung disambarnya.
“Belum ngisep asap dari jam tiga tadi.”
“Neraka, dong.” Komentarku yang disertai anggukannya berkali-kali dan suara tawa yang disertai batuknya.
Jam lima pagi itu di parkiran Rumah Sakit Carolous, aku harus berurusan dengan wawan untuk berita kriminal yang sedang aku tulis. Setelah kembali ke surga candu tembakau yang menghangatkannya, dia mulai memberikan apa yang aku mau. Aku pun menghidupkan recorderku.
“Cewek SMA 68 Salemba.17 tahunan. Chandra Harumi. Pingsan ketakutan. Aneh.” Aku cuma memiringkan kepala. Itu sudah cukup untuk membuat Wawan melanjutkan ceritanya.
“Ada temen sekelasnya di dalam, Dania Kartika. Katanya paginya dia gak sengaja ngebuang kaleng minuman and kena temennya yang aneh. Pendiam dan dikucilkan temen-temen yang lain.”
Dia menghisap rokoknya lagi. Sialan. Aku tidak suka menunggu.
“Si temennya itu diem aja. Cuman natap si Chandra sama rambutnya turun nutupin sebagian mukanya. Serem gitulah. Trus kata si Dania, si aneh itu...”
“Nama?”
“Si...Diah...sapa ya?” Aku tertawa sinis dan membuang muka. Itu juga cukup buat Wawan untuk tahu kalau aku tidak menyukai rokok gratisku terbuang percuma.
“Sebentar.” Wawan berjalan pelan berbalik ke Rumah Sakit dan aku membuang waktu percuma sekitar sepuluh menit sebelum dia kembali ke dekatku, mengambil recorderku dan mengucapkan:
“Bukan Diah, Dini. Dania gak tahu nama lengkapnya. Kan aneh gitu.”
“Sialan.” Kataku dalam hati. Terjemahannya di mata Wawan adalah lemparan mukaku ke samping dan hembusan rokokku jauh-jauh dari bibir.
“Terus?” Setelah beberapa lama, aku mendapatkan apa yang aku mau walaupun kurang detail untuk uang dua ratus ribu rupiah yang kuberikan ke Wawan.
Malamnya aku menghidupkan laptopku dan.Di bagian layar bawah aku melihat sebuah footer yang biasa aku taruh di setiap tulisan yang aku buat:
"ALEX--DARK JOURNALS".
Aku memasang headphone mendengarkan rekaman informasi yang Wawan berikan
“Bukan Diah, Dini. Gak ada yang tahu nama lengkapnya. Kan aneh gitu.”
“Si Dini komat-kamit gak jelas. Si Chandra and Dania uda pada ketakutan. Mereka cuman denger kalimat “Buko Mato Wang Cie Hari!!!” Anehnya, pas pulang sekolah, Chandra ngalamin kejadian-kejadian aneh. Mana dia lagi sendirian pula. Ortunya ke luar kota. Kakaknya disuru ortunya dateng nemenin Chandra tapi dianya sendiri gak mau. Uda gede katanya.”
“Kejadian apa aja?”
“Pas cuci muka, yang dia ambil sih handuk, tapi abis kelar, ternyata yang dia liat kain lusuh yang lagi dipake mak-mak tua rambut putih panjang. Trus lari dong dia ke pintu. Ternyata pintunya kekunci. Pas dia mau buka kuncinya, kuncinya keputer sendiri ke kiri bolak-balik sampe tangannya keplintir karena gak bisa kelepas dari kuncinya itu. Pas dia gedor-gedor, dia ngeliatnya lagi nggedor mata si nenek tadi yang teriak-teriak kesakitan. Gimana sih kalo mata kita kegedor kayak gitu?” Wawan tertawa.
Ada pause sebentar. Pasti itu waktu Wawan menghisap rokoknya lagi.
“Bis itu dia mundur-mundur and duduk di pojok ranjang sama tutupan selimut nangis-nangis. Yang dia bingung, suara nagisnya kok kayak anak kecil. Ternyata dibawah ranjangnya ada anak kecil lagi duduk meluk pahanya gitu and nunduk. Dianya bangun dong and loncat ke ujung ranjang yang lain. Itu anak ngedatengin dia tanpa mata and teriak-teriak suaranya tambah gede and nyeremin:
“Kak, aku gak bisa ngeliat. Mataku gak ada. Trus si anak kecil narik-narik bajunya si Chandra and manjat kakinya. Pas uda deket wajahnya, tuh anak maksa ngebuka mata Chandra yang lagi nutup. Bis gitu si anak teriak kenceng: BUKO MATO WANG CIE HARI!!! Terus ngilang gt aja. Stress banget itu anak. Cari hape lah dia. Ternyata low bat. Chargernya gak ketemu pula. Akhirnya dia YM an ama temennya minta tolong. Baru nulis bentar, tau-tau ada cam muncul ternyata si nenek-nenek tadi lagi ngerokok and asepnya keluar komputer ke matanya si Chandra.” Wawan tertawa lagi. “Seru ya. Pingsan deh tu anak. Temennya yang di YM bentar tadi dateng rame-rame and lapor polisi.
“Ngedrug kali tu anak.” Recorderku mati setelah itu.
Kesimpulanku berbeda dari kesimpulan Wawan. Dini pasti menggunakan guna-guna atau apalah yang maksudnya memberi pelajaran kepada Chandra untuk lebih berhati-hati.
BUKO MATO WANG CIE HARI: BUKA MATA KAMU SATU HARI—Bahasa Padang.
-Je-
Post a Comment