Aku benci melihat layar putih di laptopku. Layar putih berarti writer’s block. Aku tidak boleh mengalami itu. Sama sekali tidak boleh. Apalagi sekarang. Seminggu sebelum penutupan lomba menulis cerpen yang sangat bergengsi yang aku ingin sekali ikuti. Apa yang harus aku lakukan?
Aku sudah tahu jawabannya. Aku harus mencari inspirasi. Beberapa penulis percaya bahwa hal yang satu itu datang dengan sendirinya. Aku berbeda pendapat dengan mereka. Bagiku, seperti semua hal di dunia ini, inspirasi adalah sesuatu hal yang harus kita usahakan! Aku akan membuktikan sekali lagi ke semua orang bahwa aku benar!
Aku mencoba mengamati sekelilingku. Aku sedang berada di sebuah cafe bersetting rumah kuno. Apa yang biasanya terjadi di rumah kuno jaman dulu? Yang ada di pikiranku sekarang adalah seorang bapak-bapak yang sedang duduk di kursi goyang sambil menghisap cerutu. Dari wajahnya terpancar pandangan puas akan hidup dan kehidupan. Bapak-bapak itu sudah mengalami segala macam jenis perasaan yang timbul dari segala macam peristiwa hidupnya. Semuanya peristiwa itu tergambar dari masing-masing kerutan di wajahnya. Di sekitar matanya kerutan-kerutan itu timbul dari lama dan seringnya dia mengagumi seseorangyang sangat dai cintai. Di bagian bibir, satu kerutan mewakili satu kebohongan yang dia ucapkan kepadanya. Bapak-bapak itu memang seorang pembohong besar. Lalu ada juga kerutan di bagian hidung. Yang ada disana mewakili..
Ah, cerita yang basi. Peristiwa apa yang bisa berkaitan dengan hidung? Aku mencoba memperhatikan hal-hal yang lain. Aku mendongakkan kepala karena aku merasakan pegal-pegal di sekitar urat leherku. Ketika aku melakukan itu, aku melihat dua pasang lampu yang bentuknya seperti lampu yang biasa dipasang di panggung konser. Bagaimana kalau aku menulis soal seorang bintang dalam dunia musik Indonesia? Aku membayangkan dia sedang berdiri di depan mikrophone dengan tuxedo hitam yang menutupi kemeja putih. Sinar lampu di panggung itu membuyar saat mendekati tubuhnya dan meninggalkan pantulan abu-abu di sekitar wajahnya yang lembut dan sayu. Tangannya meraih tiang mikrophone dan kemudian terdengarlah suara serak kombinasi rock dan jazz menyanyikan sebuah lagu tentang melakukan hal-hal yang mustahil untuk kekasih—atau mantan kekasih yang masih dicintainya yang tidak mungkin lagi dia miliki. Judul lagu yang dia nyanyikan sudah mewakili isinya—The First Man on Jupiter. Penampilannya memukau. Tetapi ada satu yang kurang. Kenapa walaupun memakai tuxedo dia tidak mengancingkan kemeja atasnya?
Aku memutuskan mengganti inspirasiku.
“Pasti ada satu inspirasi yang bisa kutulis menjadi sebuah cerita!” Kataku kepada diriku sendiri.
Mungkin sebaiknya aku makan blueberry cakeku dulu. Aku mengambil garpu kecil yang ada di sebelah kue itu di atas piring kecil. Caraku memegang alat itu seperti aku memegang pisau. Untuk apa orang menggunakan pisau? Aku menggeleng kepada diriku sendiri. Aku sudah pernah beberapa kali mencoba menulis soal pembunuhan dan aku tidak nyaman. Semua ceritaku memberiku satu bungkusan mimpi buruk. Bahkan beberapa menyertakan special editionnya.
Mungkin sebaiknya aku lupakan dulu cerita hari ini. Tapi bukannya aku kesini untuk menulis sebuah cerita pendekku? Dan menunggu Teddy tentunya. Aku melihat jam tangan yang aku lepas dan taruh di meja agar aku bisa mengetik dengan bebas. Sudah jam tujuh tiga puluh. Harusnya Teddy datang setengah jam yang lalu.
“Hey!” aku menoleh ke belakang dan melihat Teddy yang datang dengan napas terenggah-enggah.
“Telat ya gua? Maap.”
Masih berdiri, Teddy menyeruput air mineral dari sedotan di gelasku. Kemudian dia duduk dan berkata:
“Bentar ya ceritanya. Laper. Wihiii..blueberry.”
“Manis loh.” Kataku.
“Laper sih.”
Teddy mengambil garpuku dan memegangnya seolah-olah dia ingin menghabisi hidup seseorang. Lalu dai mendekatkan potongan blueberry cake itu ke mulutnya. Tanpa sengaja potongan kue itu jatuh ke bagian atas kemejanya yang kancing atasnya terbuka. Dia cuek saja dan mengambil potongan itu lalu memakannya sambil tertawa-tawa seperti anak kecil. Ketawa itu membuat beberapa kerutan di bagian mata dan bibirnya yang memperkuat kharismanya. Saat itu aku tahu benar huruf-huruf yang akan mengisi layar putih di laptopku.
-Je-
May 15, 2009 at 10:05 AM
akhirnya setelah lama ga posting, muncul lah postingan br yg berupa cerita bagus dan tampilan blog yg keren....je blognya bagusan yg skrg drpd yg kmrn
May 16, 2009 at 8:50 AM
ehm..ehm..lg dapet inspirasi waktu itu :)
anw, would like to thank you for following my blog :)
May 16, 2009 at 8:50 AM
ehm..ehm..lg dapet inspirasi waktu itu :)
anw, would like to thank you for following my blog :)
May 23, 2009 at 4:46 AM
kok kuenya yg jemek jemek gitu sih? kbayang ada yg nyangkut di 'rambut' deh.... :-D
Post a Comment