Hanya ada satu kalimat di kotak postingan itu.
“Aku melewati gerbang itu...akhirnya.” Lalu di bawah kalimat itu adalah warna abu-abu yang kosong dan diakhiri dengan dua kata:
“READ MORE”
Aku segera mengklik dua kata itu. Dan sesaat setelah aku klik, halaman blog itu termuat lengkap. Dan aku melihat di bawahnya ada tangan laki-laki yang terjulur keluar dari pasir yang menjadi background blog itu. Aku terkejut dan tak tahu harus bagaimana. Perasaanku itu terhenti karena setelah aku tersadar bahwa aku pernah melihat gambar yang sama dengan background halaman blog itu—di link situs berita tentang kematian Mario—halaman blog itu sudah berganti ke postingan GERBANG.
“Aku melewati gerbang itu...akhirnya. It was a fine day. Aku terbangun pagi-pagi sekali dan seperti biasanya, aku bertanya kepada diriku sendiri: Siapakah yang akan aku inspirasi hari ini? Aku melakukan hal-hal rutinku di pagi hari—memanaskan air di dispenser, mandi, solat, membuat kopi, merokok sambil menunggu siapnya laptop dan internetkuku untuk melihat dunia. Semuanya baik-baik saja pagi itu. Tidak ada yang berubah. Masih ada berita hilangnya uang negara dengan cara yang hebat, masih ada orang terkenal yang diliput, masih ada interaksi manusia-manusia yang sebelumnya tidak saling mengenal, masih ada waktu-waktu yang terperangkap di situs jejaring sosial, masih ada yang mau mengabadikan kekonyolan teman-temannya selamanya di internet, dan masih ada yang menyapaku di blog. Pagi yang menyenangkan. Tetapi tetap saja aku bertanya kepada diriku sendiri: siapa yang akan aku inspirasi hari ini? Aku berusahamenemukan jawabnnya dengan berbagai macam cara. Aku memutuskan keluar rumah. Aku berjalan kaki menuju jalan raya. Aku berpapasan dengan seorang pembersih jalan. Aku berjalan mendekatinya. Aku menyisipkan uang lima puluh ribu di kantongnya. Semoga dia tahu bahwa Jakarta tidak sekejam yang diberitakan orang-orang. Aku terus berjalan. Ada warung bubur ayam yang aku lihat dari jauh. Aku makan disana. Aku membayar lebih dari yang seharusnya karena aku melihat dia begitu sabar melayani pembeli sebelum aku yang sangat kasar terhadap permintaannya. Apakah aku sudah menginspirasinya bahwa tidak semua orang itu kasar? Semoga saja.
Aku terus berjalan sampai tengah hari dan melakukan berbagai macam hal yang mirip-mirip diatas. Semuanya itu bukan untuk kebaikan mereka. Semuanya itu untuk kebaikanku. Aku mempunyai kebutuhan yang mendesak untuk menginspirasi orang pagi itu. Tetapi berapa yang benar-benar terinspirasi? Tidak banyak. Hanya segelintir orang yang mungkin putus asa pagi itu. Aku harus melakukannya ke lebih banyak orang.
Aku harus terus berjalan dan berpikir bagaimana caranya. Adakah suatu cara instan untuk melakukan semuanya? Hari sudah sore. Aku sudah berhenti beberapa kali namun aku tetap saja melanjutkan perjalanan. Ada apa aku hari ini? Kenapa aku memaksa diriku sampai sejauh ini? Kenapa juga kebutuhanku tidak terpenuhi sampai sekarang? Kenapa aku terus bertanya-tanya? Bukankah lebih baik aku melakukan sesuatu dan melihat hasilnya? Bukankah aku sudah melakukan hal itu dari pagi? Tetapi kurang. Kurang!
Adakah gerbang yang bisa aku lewati dan di dalamnya ada sebuah mesin inspirasi dengan tombol yang bisa aku tekan? Sekali usaha aku akan mendapatkan hasil yang banyak. Sekali melakukan sesuatu aku akan menginspirasi banyak orang. Aku tidak akan membiarkan apapun menghalangiku. Tidak. Tidak hujan yang mulai turun rintik-rintik, tidak angin yang mulai berhembus kencang, tidak kabut yang mengkaburkan penglihatanku, tidak juga truk pasir di depanku!
Namun aku salah. Truk itu terlalu mengahalangiku. Dia tidak berada di tengah jalan. Dia memilih dekat denganku. Dan disuatu saat, di belakang truk itu aku melihat sebuah gerbang. Gerbang itu terbuka. Dan aku melihat tombol itu. Aku melihatnya! Aku melihatnya walaupun tombol itu tertutup pasir. Tombol itu mendekat. Aku juga mendekat. Gerbang itu terbuka. Aku masuk. Aku menekan tombol itu. Dan aku kembali di depan laptoku untuk inspirasiku ke orang-orang yang lebih banyak.
Begitu kamu melewati gerbang itu, kamu akan sendiri. Kamu akan berharap akan datangnya cahaya. Cahaya macam apa yang akan kamu harapkan? Yang ada hanyalah cahaya yang hitam. Aku sempat hanya dapat melihat cahaya hitam itu. Lalu muncullah bayangan si penyapu jalan, si penjual bubur dan orang-orang yang aku inspirasi pagi ini. Dan aku melihat sebuah terang. Dan aku berharap orang-orang setelahku melihat yang sama. Dan aku menyampaikannya sekarang. Inspirasilah orang lain. Mereka adalah terang di antara cahaya gelap yang akan kau temui ketika kamu seperti aku sore itu.
Aku melewati gerbang itu...akhirnya.”
Aku merasa sudah lama tidak tergugah akan apa yang dilakukan atau ditulis orang. Tetapi kali ini aku merasa berbeda. Tulisan ini meninggalkan sebuah tanda di perasaanku. Aku tidak akan megakui atau membahasnya dengan orang lain. Perasaan itu hanya untukku.
Aku melihat aplikasi chat di blognya. Berbagai kometar muncul disana. Ada yang masih terdengar panik melalui kata-katanya. Ada yang berspekulasi tentang bocornya password blog Mario. Ada yang sudah mendapat follower banyak di twitternya gara-gara komentar yang dia tulis soal Romeo. Status facebook tentang itu juga mulai bermunculan. Ada yang bertanya apakah ada fitur baru di blogger yang bisa mempost suatu tulisan secara terjadwal.
Semuanya bereaksi terhadap peristiwa fenomenal itu. Begitu juga aku. Aku berhenti berinternet. Aku meng-hibernate netbookku. Aku berdiri dan merokok starmild yang aku hisap dan hembuskan panjang-panjang. Setelah habis, aku kembali duduk di kursiku.
Aku membuka HP Miniku dan memulai kolom DARK JOURNALS-ku dengan sebuah pertanyaan yang aku jadikan judul:
“Siapa yang akan aku inspirasi hari ini?”
--Je--
February 22, 2010 at 8:40 AM
blom 'the end' nih naga naganya.huh.
:-P
February 22, 2010 at 9:23 AM
Su'udzan... kakakakakakakak.
Post a Comment