Apakah kau seperti aku? Apakah kau suka menanyakan hal-hal yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh orang-orang lain? Misalnya, kenapa Amerika yang biasanya didatangin UFO? Kenapa bukan Indonesia? Jika mereka datang untuk mempelajari kemampuan otak manusia, bukankah itu artinya kita lebih bodoh daripada orang-orang Amerika?
Dulu aku sempat berpikir seperti itu. Namun tidak lagi ketika aku,…aku,…aku diculik oleh alien dan dibawa ke planet mereka. Saat itu aku sedang bermain gitar. Aku petik-petik senarnya sesuai dengan gumaman nada-nada di salah satu titik di otakku. Namanya titik musik. Setelah beberapa lama, aku mulai terkejut karena satu petikan dari gitarku membuat kamarku bergerak hebat dan lalu berhenti. Aku sempat keluar karena menyangka ada gempa. Tetapi di luar aku hanya menemukan kedamaian tetangga-tetanggaku yang sedang bercengkrama. Aku kembali ke kamarku dengan tanda tanya yang lebih banyak daripada semut-semut yang bersarang di lubang pojok kamarku. Aku memutuskan kalau aku hanya berhalusinasi. Aku kembali ke gitarku. Aku petik satu senar dan getaran hebat itu muncul lagi. Saat itu aku mulai berpikir apa semuanya terjadi karena petikan gitarku. Lalu aku mencoba menggenjreng beberapa senar bersamaan dan getaran hebat—lebih hebat dari yang tadi—hadir di kamarku. Ketika getaran itu pergi, kesadaranku pun dibawanya.
Itu peristiwa yang terjadi padaku dua hari lalu. Yang terjadi hari ini adalah aku membuka mata dan segera bersiap-siap untuk tur hari keduaku di planet yang bernama…bernama… maaf, ingatanku belum pulih total sejak aku dipindahkan disini.
Aku menuju ke hall turis. Disana ada berbagai macam makhluk. Paling tidak begitulah yang diceritakan kepadaku oleh pemandu wisata kami—ZstuYork—aku bisa mengingat namanya karena dia memakai kartu pengenal yang dikalungkan di lehernya. ZstuYork sendiri bilang kalau sebenarnya kami para turis mempunyai penampilan fisik yang berbeda satu sama lain. Tetapi di mata masing-masing dari kita telah dipasang lapisan penerjemah visual. Semua makhluk akan tampak sama dengan yang melihatnya. Ini semua untuk menghindari ketakutan masing-masing turis ketika melihat penampilan asli satu sama lain.
“Hari ini kita akan menjelajahi habis-habisan bagian MANUSIA—makhluk penghuni BUMI—planet ketiga terdekat dari matahari.” Kata ZstuYork kepada kami semua. Setelah mengatakan itu, dia menggiring kami melalui lorong-lorong yang menuju ke ruangan-ruangan kecil. ZstuYork berkata bahwa ukuran ruangan disesuaikan dengan kompleksitas masalah yang ditangani manusia dalam kehidupannya. Ada ruangan cita-cita. Disitu mereka—aku masih belum yakin terhadap siapa yang aku sebut “mereka”—meneliti apa saja yang biasanya menjadi cita-cita manusia dan alasannya. Ada juga ruang mimpi. ZstuYork menunjukkan 300 database katalog mimpi dan apa yang dilakukan beberapa manusia setelah mereka bermimpi suatu hal tertentu.
Semuanya masih aneh untukku. Tetapi yang lebih aneh adalah ketika kami sampai di SECTION 42. ZstuYork mengatakan ini adalah ruangan terbesar yang ada di area penelitian manusia. Dan aku bertanya ruangan apa itu. ZstuYork menunjuk papan di depan pintu SECTION 42. Dan huruf-huruf holographic itu mengingatkan memoriku terhadap kehidupan masa laluku dan membuatku sadar bahwa dia benar akan satu hal—SECTION 42 memanglah harus dibuat paling besar.
SECTION 42: FEELINGS—LETTING GO DIVISION
--Je--
October 26, 2009 at 4:39 AM
spoookkkkkyyyyyy....
October 26, 2009 at 9:36 PM
just being reflective..
October 31, 2009 at 12:37 AM
Dalem buanget. Tapi huibat. Trus kelanjutannya apa? Can we learn a bit about feelings--ours and others?
October 31, 2009 at 3:08 PM
ina: who's the psychologist gt loh, na.... LOL.
Post a Comment